Situs Gunung
Padang pernah menjadi tema yang trend ketika orang Indonesia berbicara
mengenai peninggalan sejarah. Bagaimana tidak, situs megalitikum ini
disebut-sebut sebagai salah situs tertua di dunia. Situs berusia 10 ribu tahun
ini kemudian ditaksir memiliki usia yang semasa pembuatannya dengan situs
Göbekli Tepe di Turki.
Situs
Gunung Padang diperkirakan pertama kali dibangun pada 8000 SM. Usianya bahkan
lebih tua dari Piramida di Mesir yang dibangun sekitar tahun 2500 SM,
peninggalan kota tua Mahenjo Daro dan Harrapa di India yang berusia 3.000
tahun, serta budaya Mesopotamia yang berada di era yang sama.
Lokasi
keberadaan gunung padang ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh
warga setempat. Penduduk setempat menganggapnya sebagai tempat Prabu
Siliwangi, raja Sunda yang berusaha membangun istana dalam semalam namun tidak
dapat terealisasi.
Namun
cerita dari mulut ke mulut itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, apalagi
jika menilik bahwa apapun yang bersifat kuno, tua dan peninggalan sejarah di
tataran Sunda akan selalu dikaitkan dengan Prabu Siliwangi, Sang Maharaja Sunda
Galuh Pakuan Pajajaran.
Tetapi
kemudian di era modern, kelompok akademis mulai mengambil langkah strategis
untuk meneliti secara mendalam keberadaan Situs Gunung Padang. Ulasan dan
perhatian kepada Situs Gunung Padang pada saat itu tidak terlepas dari peran
pemerintah yang mengambil perhatian kajian pada peninggalan sejarah, salah
satunya Situs Gunung Padang.
Bahkan
pemerintahan era SBY turun langsung dan membentuk tim kajian yang terdiri dari
para ahli sejarah, kepurbakalaan hingga geologi untuk mempelajari bagaimana
keberadaan Situs Gunung Padang.
Menurut
Danny Hilman, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI keberadaan Situs
Gunung Padang merupakan hal yang membanggakan untuk Indonesia dan pantas
dijadikan sebagai alat pembuktian sejarah. Karena, menurut literatur yang
selama ini dipelajari di lembaga pendidikan peradaban Bangsa Indonesia dimulai
tahun 600 masehi di Kutai.
Dalam
literatur sejarah sebagaimana kita ketahui bersama pula, tertulis jika di
Indonesia masa 10 ribu tahun lalu masih dalam masa bercocok tanam dan belum
memiliki peradaban yang tinggi. Tingginya sebuah peradaban sendiri diukur
melalui berbagai peninggalan, baik itu manuskrip ataupun peninggalan bangunan
seperti monumen, candi maupun punden berundak layaknya Situs Gunung Padang
sering diidentifikasikan.
Penemuan
Situs Gunung Padang pun kemudian menggemparkan dunia, tidak hanya Indonesia.
Pasalnya, bagaimana mungkin di tanah Indonesia memiliki peninggalan bangunan
seperti Situs Gunung Padang dengan usia yang teramat tua.
Hal
ini kemudian diyakini oleh para peneliti dapat merubah peta peradaban dunia di
era sekarang, bahwa ternyata Indonesia memiliki sejarah kepurbakalaan yang tak
kalah modern dibandingkan dengan apa yang ada di belahan bumi lain.
Danny
Hilman pun menjelaskan, situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada
satu era. Tapi struktur tersebut dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari
8.000 SM hingga 1.000 SM.
Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun. Danny menyebut anehnya struktur bangunan candi ini seperti sengaja disamarkan. Dan sebagai catatan struktur atau lapisan itu tidak bersifat alami, artinya ada penyusunan, pembuatan hingga pencampuran komposisi yang memang sengaja dilakukan oleh manusia.
Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun. Danny menyebut anehnya struktur bangunan candi ini seperti sengaja disamarkan. Dan sebagai catatan struktur atau lapisan itu tidak bersifat alami, artinya ada penyusunan, pembuatan hingga pencampuran komposisi yang memang sengaja dilakukan oleh manusia.
Situs
Gunung Padang sendiri diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi
masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2 ribu tahun SM. Berdasarkan
hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir, Situs Gunung Padang
menunjukkan adanya kemungkinan terlibatnya musik dalam batu balok yang tersebar
di sana pada periode peninggalan megalitikum.
Tidak
hanya itu, setelah membuka lahan semak pada sisi tenggara teras 5 ke bawah,
ternyata terdapat 20 tingkat terasering punden berundak yang menunjukkan budaya
gotong royong dengan teknologi maju pada masa itu. Letaknya di tengah
bukit-bukit dan adanya aliran sungai di bawah situs ini menandakan kemajuan
teknologi pada masa itu.
Keputusan
untuk melakukan pemugaran sebelumnya telah dituangkan dalam Perpres nomor 148
tahun 2014 tentang Pengembangan, Pelindungan, Penelitian, Pemanfaatan, dan
Pengelolaan Situs Gunung Padang. Permen Kemendikbud tentang pelestarian dan
pengelolaan Gunung Padang, dan Pergub Jawa Barat tenteng penelitian Gunung
Padang.
No comments:
Post a Comment