Sunday, March 1, 2020

Situs Gunung Padang, Misteri atau Kedigdayaan Sejarah Indonesia



Situs Gunung Padang pernah menjadi tema yang trend ketika orang Indonesia berbicara mengenai peninggalan sejarah. Bagaimana tidak, situs megalitikum ini disebut-sebut sebagai salah situs tertua di dunia. Situs berusia 10 ribu tahun ini kemudian ditaksir memiliki usia yang semasa pembuatannya dengan situs Göbekli Tepe di Turki.

Situs Gunung Padang diperkirakan pertama kali dibangun pada 8000 SM. Usianya bahkan lebih tua dari Piramida di Mesir yang dibangun sekitar tahun 2500 SM, peninggalan kota tua Mahenjo Daro dan Harrapa di India yang berusia 3.000 tahun, serta budaya Mesopotamia yang berada di era yang sama. 

Lokasi keberadaan gunung padang ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk setempat menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda yang berusaha membangun istana dalam semalam namun tidak dapat terealisasi.

Namun cerita dari mulut ke mulut itu tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, apalagi jika menilik bahwa apapun yang bersifat kuno, tua dan peninggalan sejarah di tataran Sunda akan selalu dikaitkan dengan Prabu Siliwangi, Sang Maharaja Sunda Galuh Pakuan Pajajaran.

Tetapi kemudian di era modern, kelompok akademis mulai mengambil langkah strategis untuk meneliti secara mendalam keberadaan Situs Gunung Padang. Ulasan dan perhatian kepada Situs Gunung Padang pada saat itu tidak terlepas dari peran pemerintah yang mengambil perhatian kajian pada peninggalan sejarah, salah satunya Situs Gunung Padang.

Bahkan pemerintahan era SBY turun langsung dan membentuk tim kajian yang terdiri dari para ahli sejarah, kepurbakalaan hingga geologi untuk mempelajari bagaimana keberadaan Situs Gunung Padang.

Menurut Danny Hilman, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI keberadaan Situs Gunung Padang merupakan hal yang membanggakan untuk Indonesia dan pantas dijadikan sebagai alat pembuktian sejarah. Karena, menurut literatur yang selama ini dipelajari di lembaga pendidikan peradaban Bangsa Indonesia dimulai tahun 600 masehi di Kutai.

Dalam literatur sejarah sebagaimana kita ketahui bersama pula, tertulis jika di Indonesia masa 10 ribu tahun lalu masih dalam masa bercocok tanam dan belum memiliki peradaban yang tinggi. Tingginya sebuah peradaban sendiri diukur melalui berbagai peninggalan, baik itu manuskrip ataupun peninggalan bangunan seperti monumen, candi maupun punden berundak layaknya Situs Gunung Padang sering diidentifikasikan.

Penemuan Situs Gunung Padang pun kemudian menggemparkan dunia, tidak hanya Indonesia. Pasalnya, bagaimana mungkin di tanah Indonesia memiliki peninggalan bangunan seperti Situs Gunung Padang dengan usia yang teramat tua.

Hal ini kemudian diyakini oleh para peneliti dapat merubah peta peradaban dunia di era sekarang, bahwa ternyata Indonesia memiliki sejarah kepurbakalaan yang tak kalah modern dibandingkan dengan apa yang ada di belahan bumi lain.

Danny Hilman pun menjelaskan, situs megalitikum Gunung Padang tidak dibangun pada satu era. Tapi struktur tersebut dibangun berkelanjutan dalam tiga masa dari 8.000 SM hingga 1.000 SM.

Lapisan tertua yang berusia 10 ribu tahun tertimbun di bawah tanah. Sementara lapisan termuda berusia 3.000 tahun. Danny menyebut anehnya struktur bangunan candi ini seperti sengaja disamarkan. Dan sebagai catatan struktur atau lapisan itu tidak bersifat alami, artinya ada penyusunan, pembuatan hingga pencampuran komposisi yang memang sengaja dilakukan oleh manusia.

Situs Gunung Padang sendiri diperkirakan berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2 ribu tahun SM. Berdasarkan hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir, Situs Gunung Padang menunjukkan adanya kemungkinan terlibatnya musik dalam batu balok yang tersebar di sana pada periode peninggalan megalitikum.

Tidak hanya itu, setelah membuka lahan semak pada sisi tenggara teras 5 ke bawah, ternyata terdapat 20 tingkat terasering punden berundak yang menunjukkan budaya gotong royong dengan teknologi maju pada masa itu. Letaknya di tengah bukit-bukit dan adanya aliran sungai di bawah situs ini menandakan kemajuan teknologi pada masa itu.

Keputusan untuk melakukan pemugaran sebelumnya telah dituangkan dalam Perpres nomor 148 tahun 2014 tentang Pengembangan, Pelindungan, Penelitian, Pemanfaatan, dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. Permen Kemendikbud tentang pelestarian dan pengelolaan Gunung Padang, dan Pergub Jawa Barat tenteng penelitian Gunung Padang.

No comments:

Post a Comment

Mata Air Jalatunda, Harta Karun Sejarah di Antara Kepongahan Dunia Modern

Jawa barat merupakan salah satu daerah yang memiliki pangkal sejarah cukup panjang. Di mulai dari keberadaan kerajaan Tarumanegara, K...