Mencari
Tuhan. Terdengar jumawa sebagai manusia, tetapi agaknya ini mahfum terjadi.
Manusia sebagai makhluk berpikir tentu akan senantiasa melakukan pencarian
terhadap apa yang hendak diyakininya.
Seperti
persoalan mencari Tuhan. Ada yang mengatakan bahwa mencari Tuhan cukup dengan
belajar agama. Apakah benar begitu? Ada benarnya, tetapi formulasi setiap orang
dalam melakukan pencarian terhadap keberadaan Tuhan memiliki jalan yang
berbeda.
Lalu
jalan apa yang seharusnya ditempuh dalam fase manusia mencari Tuhan di
kehidupannya? Ada dua jalan yang bisa ditempuh orang dalam mencari yang
haq dengan masing-masing dalilnya,
Man
`arafa nafsahu faqad `arafa rabbahu
Barang
siapa mengenal dirinya maka pasti dia akan kenal Tuhannya. (Dalil ini yang
sangat popular dikalangan sufi, meditator , filosofi, teolog)
Man
`arafa rabbahu faqad `arafa nafsahu
Barang
siapa yang kenal Tuhannya pasti dia akan kenal dirinya.
Pada
jalan pertama, biasanya dilakukan oleh para pencari murni, mereka belum
memiliki panduan tentang Tuhan dengan jelas. Dia hanya berfikir dari yang
sangat sederhana, yaitu ketika ia melihat sebuah alam tergelar, muncul
pemikiran pasti ada yang membuatnya atau ada yang berkuasa dibalik alam ini, mustahil
alam ini ada begitu saja dan alam merupakan jejak-jejak penciptanya. Dengan
falsafah inilah orang akhirnya menemukan kesimpulan bahwa Tuhan itu ada.
Akan
tetapi penggunaan jalur seperti ini sering kali membuat orang mudah tersesat,
sebab pada tahap-tahap ini manusia sering terjebak pada ‘keghaiban’ yang dia
lihat dalam perjalanannya. Dan terkadang membuat hatinya tertarik dan berhenti
sampai disini, kerana kalau tidak mempunyai tujuan yang kuat kepada Allah
pastilah orang itu menghentikan perjalanannya.
Dalil
yang ke dua adalah, melangkah kepada yang paling dekat dari dirinya, yaitu Yang
Maha Dekat. Langkah ini yang paling cepat di tempuh dibanding dalil pertama.
Karena dalil pertama banyak dipengaruhi oleh para filosof zaman pertengahan
dalam hal ini falsafah Yunani.
Teologi
Kristian dan Hindu telah banyak mempengaruhi falsafah ini. sehingga Al Ghazali
pantas mengkritik kaum filosofi dengan menulis kitab tentang tidak setujunya
dengan idea falsafah masa itu yaitu Tahafut Al Falasifah / kerancuan falsafah.
Alghazali
membantah pemikiran yang dimulai dengan rangkaian berfikir terbalik, beliau
mengajukan gagasan bahawa umat Islam harus memulakan pemikirannya dari sumber
pangkal ilmu pengetahuan yaitu Tuhan, bukan dimulai dari luar yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Artinya
sangat berbahaya karena di dalam falsafah, memberikan proses awal berpikir dari
tahap yang benar menuju zat dibalik semuanya berasal. Sedangkan di dalam Islam
menunjukkan keadaan Tuhan serta jalan yang akan di tempuh sudah di tulis dalam
Alqur’an agar umat manusia tidak tersesat oleh rekaan-rekaan pikiran yang belum
tentu kebenarannya.
Pencarian
kita telah di tulis dalam Alqur’an dan Allah menunjukkan jalannya dengan sangat
sederhana dan mudah. Mari kita perhatikan cara Tuhan menunjukkan para hamba
yang mencari Tuhannya .
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah)
bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perinta-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan menusia dan mengetahui apa yang di bisikkan
oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS. Al
Qaaf: 16)
Ayat-ayat
diatas, mengungkapkan keadaan Allah sebagai wujud yang sangat dekat, dan kita
diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara sempurna. Alqur’an
mengungkapkan jawapan secara dimensi dan dilihat dari perspektif seluruh sisi
pandangan manusia sesempurnanya. Saat pertanyaan itu terlontar, dimanakah Allah
?
Maka
Allah menjawab: Aku ini dekat, kemudian jawaban meningkat sampai kepada, Aku
lebih dekat dari urat leher kalian .Atau dimana saja kalian menghadap di situ
wujud wajah-Ku, dan Aku ini maha meliputi segala sesuatu.
Islam
mengajarkan didalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah dengan
dalil barang siapa kenal Tuhannya maka dia akan kenal dirinya. Hal ini telah
ditunjukkan oleh Allah bahwa Allah itu sangat dekat, atau dengan dalil “barang siapa yang sungguh-sungguh datang
kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami” (QS: Al ankabut: 69 )
“Wahai orang-orang yang beriman
jika kamu bertakwa kepada Allah niscaya dia akan menjadikan bagimu furqan
(pembeda).” (QS : Al Anfaal: 29)
Ayat-ayat
ini membuktikan di dalam mendekatkan diri kepada Allah tidak perlu lagi melalui
proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang di temukan oleh kaum falsafah
atau ahli spiritual di luar Islam. Karena mereka di dalam perjalanannya harus
melalui tahap-tahap mengidentifikasi risalah alam.
Islam
di dalam menemuhi Tuhannya harus mampu memfanakan alam-alam selain Allah dengan
konsep laa ilaha illallah … laa syai’un illallah … laa haula wala quwwata illa
billah … tidak ada Tuhan kecuali Allah … tidak ada sesuatu (termasuk alam-alam)
kecuali Allah, … tidak ada daya dan upaya kecuali kekuatan Allah semata ….maka
berjalanlah atau melangkahlah kepada yang paling dekat dari kita terlebih
dahulu bukan melangkah dari yang paling jauh dari diri kita ….
Demikian
mudah-mudahan Allah membukakan hati kita
No comments:
Post a Comment