Wednesday, February 26, 2020

Bagaimana Mencari Tuhan?




Mencari Tuhan. Terdengar jumawa sebagai manusia, tetapi agaknya ini mahfum terjadi. Manusia sebagai makhluk berpikir tentu akan senantiasa melakukan pencarian terhadap apa yang hendak diyakininya.

Seperti persoalan mencari Tuhan. Ada yang mengatakan bahwa mencari Tuhan cukup dengan belajar agama. Apakah benar begitu? Ada benarnya, tetapi formulasi setiap orang dalam melakukan pencarian terhadap keberadaan Tuhan memiliki jalan yang berbeda.

Lalu jalan apa yang seharusnya ditempuh dalam fase manusia mencari Tuhan di kehidupannya? Ada dua jalan yang bisa ditempuh orang dalam mencari yang haq dengan masing-masing dalilnya, 

    Man `arafa nafsahu faqad `arafa rabbahu
    Barang siapa mengenal dirinya maka pasti dia akan kenal Tuhannya. (Dalil ini yang sangat popular dikalangan sufi, meditator , filosofi, teolog)

    Man `arafa rabbahu faqad `arafa nafsahu
    Barang siapa yang kenal Tuhannya pasti dia akan kenal dirinya.

Pada jalan pertama, biasanya dilakukan oleh para pencari murni, mereka belum memiliki panduan tentang Tuhan dengan jelas. Dia hanya berfikir dari yang sangat sederhana, yaitu ketika ia melihat sebuah alam tergelar, muncul pemikiran pasti ada yang membuatnya atau ada yang berkuasa dibalik alam ini, mustahil alam ini ada begitu saja dan alam merupakan jejak-jejak penciptanya. Dengan falsafah inilah orang akhirnya menemukan kesimpulan bahwa Tuhan itu ada.

Akan tetapi penggunaan jalur seperti ini sering kali membuat orang mudah tersesat, sebab pada tahap-tahap ini manusia sering terjebak pada ‘keghaiban’ yang dia lihat dalam perjalanannya. Dan terkadang membuat hatinya tertarik dan berhenti sampai disini, kerana kalau tidak mempunyai tujuan yang kuat kepada Allah pastilah orang itu menghentikan perjalanannya.

Dalil yang ke dua adalah, melangkah kepada yang paling dekat dari dirinya, yaitu Yang Maha Dekat. Langkah ini yang paling cepat di tempuh dibanding dalil pertama. Karena dalil pertama banyak dipengaruhi oleh para filosof zaman pertengahan dalam hal ini falsafah Yunani.

Teologi Kristian dan Hindu telah banyak mempengaruhi falsafah ini. sehingga Al Ghazali pantas mengkritik kaum filosofi dengan menulis kitab tentang tidak setujunya dengan idea falsafah masa itu yaitu Tahafut Al Falasifah / kerancuan falsafah.

Alghazali membantah pemikiran yang dimulai dengan rangkaian berfikir terbalik, beliau mengajukan gagasan bahawa umat Islam harus memulakan pemikirannya dari sumber pangkal ilmu pengetahuan yaitu Tuhan, bukan dimulai dari luar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Artinya sangat berbahaya karena di dalam falsafah, memberikan proses awal berpikir dari tahap yang benar menuju zat dibalik semuanya berasal. Sedangkan di dalam Islam menunjukkan keadaan Tuhan serta jalan yang akan di tempuh sudah di tulis dalam Alqur’an agar umat manusia tidak tersesat oleh rekaan-rekaan pikiran yang belum tentu kebenarannya.

Pencarian kita telah di tulis dalam Alqur’an dan Allah menunjukkan jalannya dengan sangat sederhana dan mudah. Mari kita perhatikan cara Tuhan menunjukkan para hamba yang mencari Tuhannya .

    “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perinta-Ku) dan hendaklah mereka itu beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

    “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan menusia dan mengetahui apa yang di bisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.” (QS. Al Qaaf: 16)

Ayat-ayat diatas, mengungkapkan keadaan Allah sebagai wujud yang sangat dekat, dan kita diajak untuk memahami pernyataan tersebut secara sempurna. Alqur’an mengungkapkan jawapan secara dimensi dan dilihat dari perspektif seluruh sisi pandangan manusia sesempurnanya. Saat pertanyaan itu terlontar, dimanakah Allah ?

Maka Allah menjawab: Aku ini dekat, kemudian jawaban meningkat sampai kepada, Aku lebih dekat dari urat leher kalian .Atau dimana saja kalian menghadap di situ wujud wajah-Ku, dan Aku ini maha meliputi segala sesuatu.

Islam mengajarkan didalam mencari Tuhan, telah diberi jalan yang termudah dengan dalil barang siapa kenal Tuhannya maka dia akan kenal dirinya. Hal ini telah ditunjukkan oleh Allah bahwa Allah itu sangat dekat, atau dengan dalil “barang siapa yang sungguh-sungguh datang kepada Kami, pasti kami akan tunjukkan jalan-jalan Kami” (QS: Al ankabut: 69 )

“Wahai orang-orang yang beriman jika kamu bertakwa kepada Allah niscaya dia akan menjadikan bagimu furqan (pembeda).” (QS : Al Anfaal: 29)

Ayat-ayat ini membuktikan di dalam mendekatkan diri kepada Allah tidak perlu lagi melalui proses pencarian atau menelusuri jalan-jalan yang di temukan oleh kaum falsafah atau ahli spiritual di luar Islam. Karena mereka di dalam perjalanannya harus melalui tahap-tahap mengidentifikasi risalah alam.

Islam di dalam menemuhi Tuhannya harus mampu memfanakan alam-alam selain Allah dengan konsep laa ilaha illallah … laa syai’un illallah … laa haula wala quwwata illa billah … tidak ada Tuhan kecuali Allah … tidak ada sesuatu (termasuk alam-alam) kecuali Allah, … tidak ada daya dan upaya kecuali kekuatan Allah semata ….maka berjalanlah atau melangkahlah kepada yang paling dekat dari kita terlebih dahulu bukan melangkah dari yang paling jauh dari diri kita ….

Demikian mudah-mudahan Allah membukakan hati kita

No comments:

Post a Comment

Mata Air Jalatunda, Harta Karun Sejarah di Antara Kepongahan Dunia Modern

Jawa barat merupakan salah satu daerah yang memiliki pangkal sejarah cukup panjang. Di mulai dari keberadaan kerajaan Tarumanegara, K...