Oleh: Muhammad E Fuady, Dosen Fikom Unisba
"Wong Jawa kari separo-–Orang
Jawa tinggal setengah.
Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina
tinggal sepasang"
Sebenarnya ini adalah sebuah
postingan lama mengenai sebuah kearifan lokal, ramalan atau sebagian orang
menyebutnya nasihat dari Prabu Jayabaya, yang mengingatkan kita akan seperti
apa kehidupan manusia kelak. Kita sebut nasihat karena Jayabaya menekankan pentingnya eling agar
selamat dalam hidup.
Prabu Jayabaya, raja Kediri ini,
dalam Atlas Wali Songo (dalam Sunyoto) adalah murid dari seorang ulama Maolana
Ngali Samsujen, yang dikenal dengan nama Syeikh Syamsuddin Wasil, ulama besar
asal Negeri Rum (Persia), yang datang ke Kediri untuk berdakwah. Aktivitas
dakwah Syaikh Syamsuddin Wasil itu pun dilakukan atas permintaan Jayabaya.
Jayabaya memiliki ketajaman
intuisi dan pandangan hingga dapat mengetahui kehidupan manusia yang terjadi
berikutnya. Ia menggambarkan bencana di sana sini, gunung-gunung meletus, bumi
berguncang, laut dan sungai meluap.
Tindak tanduk manusia secara
detail ia gambarkan. Kelaliman, keserakahan, korupsi, kesewenangan, merajalela.
Masa penuh penderitaan. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik
tertindas.
Prabu Jayabaya di antaranya
menulis seperti di awal tulisan. Bila dialihbahasakan, "orang Jawa tinggal
setengah (jumlahnya), dan Belanda (Bule) serta Cina hanya sepasang". Kita
sebenarnya tak memahami seperti apa rasionalisasi dari ramalannya. Bagaimana
mungkin jumlah umat manusia bisa berkurang seperti itu. Bila benar, salah satu
penyebabnya mungkin akibat wabah penyakit atau virus.
Kita tak pernah menyangka umat
manusia akan menghadapi sebuah bencana yang tak terlihat, tetapi berpotensi
mengurangi populasi manusia akibat virus Corona. Mengapa tak terlihat? Karena
penderitanya kini boleh jadi tampak sehat, tak terlihat gejalanya, tetapi ia
membawa virus tersebut dan menyebarkannya tanpa sadar.
Virus ini bisa menular saat masa
inkubasi. Sederhananya, orang yang tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala
apa pun bisa saja telah terjangkit covid 19 dan menularkannya pada
orang lain seperti terjadi di China dan negara lainnya. Bila tampak
gejalanya, suspect dapat segera diisolasi untuk ditangani. Kesulitan
terjadi bila gejala corona sama sekali tak tampak.
Begitu banyak kematian yang
terjadi sejak virus Corona menyebar. Umat manusia kini berjibaku,
bahu membahu, mencoba menghentikan penyebaran wabah corona di seluruh dunia.
Hingga kini, China, Italia, Iran, Korea Selatan menjadi empat negara dengan
jumlah kasus terbanyak.
Italia bahkan sudah me-lockdown negaranya.
Salah seorang pemain belakang Juventus, yang tampak sehat, Daniele Rugani,
telah dinyatakan positif corona. Tak heran rekan setimnya, Cristiano Ronaldo
segera terbang ke Portugal dan mengisolasi diri selama dua pekan. Kompetisi
sepakbola Italia pun ditangguhkan hingga April 2020.
Corona tak mengenal siapa yang
jadi korbannya. Tom Hanks dan istrinya yang sedang berada di Australia pun
terkena virus ini, seperti penjelasan aktor kawakan Hollywood ini di media sosial
miliknya, Kamis (12/3).
Pertanyaannya, bila letterlijk
apakah yang dimaksud Jayabaya adalah berkurangnya jumlah populasi manusia di
dunia karena virus corona? Tak menutup kemungkinan, menimbang corona ini adalah
pandemic global, penyakit menular yang terjadi hampir di seluruh negara.
Beberapa kampus di Bandung
seperti Unpad, ITB, Tel-U, dan Unisba memiliki kebijakan melarang civitas
akademika untuk bepergian ke luar negeri. Bila melakukan perjalanan ke negara
yang terjangkit Corona dan pulang, kampus mengharuskan dosen atau karyawannya
tak bekerja selama dua pekan, mengisolasi diri guna memastikan ia sehat dan
lingkungan aman dari Corona.
Kebijakan masing-masing kampus
ini diperkuat Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 3
Tahun 2020 tentang Pencegahan Penyebaran Virus Corona yang memberikan
dispensasi kepada civitas akademika untuk tak kuliah/bekerja atau sakit. Warga
satuan pendidikan harus menghindari kontak lansung seperti salaman, pelukan,
dsb.
Kampus menunda kegiatan yang
melibatkan orang banyak, dan mereka yang bepergian ke negara yang terjangkit
yang dipublikasikan World Health Organization (WHO) untuk tidak berada di area
satuan pendidikan selama 14 hari sejak kembali ke tanah air.
Dalam Islam, Rasulullah
mengajarkan, "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri,
maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di
negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak
melarikan diri darinya” (HR. Muslim). Bila ada wabah, seperti dinyatakan
sayidina Umar, menghindari tempat tersebut berarti berpindah dari satu takdir
Allah menuju takdir Allah lainnya yang lebih baik.
Di dalam kesulitan, Allah selalu
memberikan jalan keluar dan kemudahan. Kita harus optimistis umat manusia akan
keluar dari krisis ini.
Di lingkungan kampus, untuk
mencegah penyebaran Corona, bila terpaksa diliburkan, dapat memindahkan
perkuliahan ke rumah masing-masing alias elearning atau online.
Bila perangkat belum tersedia, seorang dosen dapat memanfaatkan fitur media
sosial seperti Live Instagram untuk mengajar.
Ujian dapat dilakukan
penugasan take home exam. Kampus sebaiknya memiliki unit yang
bertugas mencermati potensi penyebaran Corona. Disiapkan nomor hotline kampus
yang dapat dihubungi bila warga kampus merasa ada gejala Covid-19 agar dapat
diteruskan dan ditangani segera di rumah sakit yang disiapkan pemerintah
setempat.
Kebijakan dan cara yang dipilih
pemerintah pusat dan daerah di berbagai negara, semoga dapat mencegah
penyebaran corona. Tak lupa, doa menjadi penting bagi siapa saja untuk meminta
keselamatan bagi umat manusia kepada Tuhannya.
No comments:
Post a Comment