Sumber Gambar: Texas Public Radio |
Beberapa waktu belakangan ini, persoalan mental illness di Indonesia semakin bermunculan ke permukaan. Di satu sisi ini menandakan bahwa orang Indonesia sudah mulai perduli terhadap kesehatan mental, tetapi di sisi yang lainnya banyak juga yang masih menjustifikasi bahwa kesehatan mental adalah hal yang tabu serta memalukan.
Persoalan kesehatan
mental oleh orang Indonesia biasanya akan selalu dikaitkan dengan dua hal,
pertama adalah gila, kedua adalah gangguan gaib. Justifikasi semacam ini yang
kemudian memundurkan orang-orang lebih aware terhadap persoalan kesehatan
mental.
Padahal persoalan
kesehatan mental ini penting. Tidak hanya untuk pribadi tetapi juga lingkungan
sosial. Sayangnya, untuk orang yang sudah berpendidikan sekalipun, masalah
kesehatan mental masih menjadi sesuatu yang asing.
Beruntung orang
Indonesia memiliki iklim public figure yang cuku terbuka dalam persoalan mental
illness. Sebut saja Marshanda, Awkarin atau beberapa public figure lain yang
tak canggung membagikan pengalaman terkait dengan kesehatan mental mereka
kepada publik.
Karena permasalahan
mental illness ini juga menjadi sesuatu yang penting, rasanya akan cukup berharga
juga bagi kita mengetahui bagaimana cara menangani persoalan mental illness.
Penanganan mental illness biasanya dilakukan oleh orang yang secara latar
belakang akademik sudah dianggap ahli.
Sebutan bagi mereka
secara umum dikenal dengan istilah psikolog atau psikiater. Saat seseorang
mengalami gangguan mental, banyak yang meminta mereka untuk menemui
psikolog atau psikiater.
Tetapi, tahukah
kamu? Bahwa ternyata ada perbedaan antara psikolog dan psikiater. Meskipun
kedua profesi ini saling berkaitan dengan kesehatan mental, tetapi ada
perbedaan yang cukup mendasar. Supaya kamu lebih paham lagi bedanya psikolog
dan psikiater, simak penjelasannya berikut ini!
Apa itu Psikolog?
Pertama-tama, untuk
menjadi seorang psikolog, kamu harus mengenyam pendidikan sarjana di Fakultas
Psikologi. Setelah itu, kamu harus melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu
program profesi untuk mempelajari secara langsung dan mempraktikan kerja
psikolog. Bidang pekerjaan psikologi yang paling dekat dengan psikiater adalah
psikologi klinik.
Pada bidang ini,
psikolog menangani kasus-kasus kejiwaan, mendiagnosis gejala psikologis pasien,
dan melakukan psikoterapi sebagai bentuk penanganannya. Itu sebabnya, psikolog
berkompeten untuk melakukan beberapa tes psikologi yang kemudian hasilnya
diinterpretasikan sebagai jawaban dari masalah yang dialami oleh pasiennya.
Beberapa tes yang
bisa dilakukan oleh seorang psikolog antara lain tes IQ, minat bakat, tes
kepribadian dan lain sebagainya. Sayangnya, psikolog tidak bisa meresepkan
obat-obatan, karena dalam menangani kasus kejiwaan mereka berfokus pada terapi
psikososial untuk mengendalikan perilaku, pikiran, dan emosi pasien.
Lantas, Apa Bedanya
dengan Psikiater?
Berbeda dengan
psikolog, seseorang yang ingin menjadi psikiater harus menyelesaikan pendidikan
kedokteran dan mengambil spesialisasi kejiwaan. Pasalnya psikiater adalah
spesialisasi dari ilmu kedokteran.
Usai mendapatkan
sarjana dokter umum, dibutuhkan waktu selama empat tahun untuk menjalani
residensi yang dikhususkan dalam bidang psikiatri. Setelah lulus masa
residensi, nantinya psikiater bergelar dokter dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan
Jiwa).
Sebagai dokter ahli
psikiatri, seorang psikiater mengetahui segala hal tentang diagnosis dan
perawatan yang bisa dilakukan untuk setiap kondisi psikologis setiap pasien
yang cenderung rumit, seperti gangguan bipolar dan skizofrenia.
Di banyak negara,
psikiater adalah pekerjaan legal dan klinis sehingga ia bertanggung jawab atas
keseluruhan perawatan kesehatan mental pasien. Itu sebabnya psikiater
diperbolehkan dan bertanggung jawab untuk mendiagnosis gangguan mental seorang
pasien dan menentukan pengobatan yang dilakukan.
Hal ini karena
keahlian mereka difokuskan pada ketidakseimbangan kimia di dalam otak manusia.
Oleh sebabnya, psikiater bisa memberikan resep dan terapi obat-obatan
(farmakoterapi), terapi stimulasi otak, pemeriksaan fisik dan laboratorium
sesuai dengan kebutuhan para pasien.
Jika Mengalami
Masalah Terkait Gangguan Mental, Ke Mana Harus Pergi?
Jika suatu hari
kamu mengeluhkan terkait gangguan kesehatan mental seperti karena depresi atau
gangguan kecemasan, sebaiknya tidak langsung menemui psikolog atau psikiater.
Ada baiknya kamu
memeriksakan diri ke dokter umum, karena setelah itu dokter umum melakukan
diagnosis awal terkait kondisi-kondisi yang dibutuhkan. Dokter umum juga bisa
memberikan rekomendasi psikiater atau psikolog tergantung kondisi yang
dialami.
Bahkan, karena
keduanya berasal dari bidang yang sama, maka keduanya juga bisa bekerja sama
dalam upaya penanganan, pencegahan, diagnosis, dan pemberian terapi. Psikolog
melakukan terapi kepada pasien setiap minggu untuk konseling psikososial.
Sementara psikiater
melakukan terapi kepada pasien setiap minggu atau bulanan untuk psikoterapi
ataupun psikofarmakologi tergantung dari masalah yang dialami.
No comments:
Post a Comment