Saturday, February 22, 2020

Bentuk Tirakat Kejawen Untuk Temukan Hakekat Tuhan

Sumber Gambar: Mustafalan

Pada edisi yang lalu, telah diuraikan bagaimana cara pandang ajaran Kejawen terhadap konsep ketuhanan. Mereka memiliki kedekatan khusus secara spiritual saat menyebutkan konsep Tuhan dengan sebutan “Pangeran” atau “Gusti”.

Ajaran Kejawen juga meyakini penyatuan Tuhan dengan ciptaanNya. Mirip dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti yang pernah diuarkan oleh Syekh Siti Jenar, atau konsep sufiisme yang diajarkan El Jalalludin Rumi. 

Khusus untuk Kejawen, mereka menempuh beberapa cara dalam melakukan pencarian hakikat ketuhanan. Pada prosesnya, seseorang harus menjalani sejumlah laku atau ritual agar mengalami puncak pengalaman spiritual yang disebut manunggaling karsa kawulo lan karsa Gusti.

Pencarian akan hakikat Tuhan itu tertulis dalam petikan kidung Dandanggula seperti berikut,

Ana pandhita akarya wangsit (ada pandita mencipta wahyu), 
kaya kombang anggayuh tawang (seperti kumbang yang ingin terbang ke langit), 
susuh angin ngendi nggone (sarang burung di mana tempatnya), lawan galihing kangkung (inti kangkung), 
watesane langit jaladri (batasnya cakrawala), tapake kuntul mabur ( bekas telapak burung kuntul yang terbang) nglayang lan gigiring panglu (pinggir dari bumi/globe).

Di sini jelaslah yang dicari adalah sesuatu yang tidak tergambarkan atau tidak dapat diserupakan (Tan kena Kinaya Ngapa). Itulah mengapa ajaran Kejawen menyatakan bahwa hakikat Tuhan adalah sebuah kekosongan (suwung).

Oleh sebab itu, untuk menyatukan diri dengan Tuhan, seseorang harus mengosongkan diri dari hal-hal yang membebani jiwa seperti nafsu dan keinginan duniawi. Salah satunya dengan berpuasa atau tirakat, yang terbagi dalam 10 jenis. 

1. Tapa mutih, yaitu minum air putih dan makan satu jenis makan dengan tanpa garam selama 40 hari. Sebagai contoh air putih dan nasi putih tanpa tambahan apa-apa selama 40 hari.

2. Tapa Ngrowot, yaitu makan sayuran saja.

3. Tapa Pati Geni, yakni berpantangan makanan yang dimasak menggunakan api, tidak tidur dan dilakukan divtempat gelap/tidak ada cahaya.

4. Tapa Ngebleng, yaitu idak makan dan minum selama hari-hari ganjil, meliputi 7 / 13 / 19 / 21 hari.

5. Tapa kungkum, yaitu merendam diri di pertemuan arus selama 40 hari.

6. Tapa Ngeli, menghanyutkan diri di air.

7. Tapa pendem, yakni mengubur diri hingga nampak leher saja.

8. Tapa Nggantung, atau menggantung diri di pohon, tidak menginjak tanah.

9. Tapa Ngrame, artinya, diri tetap tenang walaupun di tengah hiruk-pikuk aktivitas manusia. Selain itu harus siap berkorban atau menolong siapa saja dan kapan saja

10. Tapa Brata, yakni bersemedi dengan khidmat.

Untuk memahami makna puasa pencarian dengan metode puasa, perlu diingat beberapa hal, antara lain:

Pertama, dalam menjalani lelaku spiritual puasa, tata caranya berdasarkan panduan guru-guru kebatinan.

Kedua, dikarenakan ritual ini bernuansa mistik, maka penjelasannyapun memakai sudut pandang tasawuf/mistis dengan mengutamakan rasa dan mengesampingkan akal/nalar.

Ketiga, dalam budaya mistis jawa terdapat etika guruisme, dimana murid melakukan taklid buta (patuh, tunduk dengan tidak ada pertanyaan) pada Sang Guru.

No comments:

Post a Comment

Mata Air Jalatunda, Harta Karun Sejarah di Antara Kepongahan Dunia Modern

Jawa barat merupakan salah satu daerah yang memiliki pangkal sejarah cukup panjang. Di mulai dari keberadaan kerajaan Tarumanegara, K...