Sumber Gambar: Mustafalan |
Pada edisi yang
lalu, telah diuraikan bagaimana cara pandang ajaran Kejawen terhadap konsep
ketuhanan. Mereka memiliki kedekatan khusus secara spiritual saat menyebutkan
konsep Tuhan dengan sebutan “Pangeran” atau “Gusti”.
Ajaran Kejawen juga
meyakini penyatuan Tuhan dengan ciptaanNya. Mirip dengan ajaran Manunggaling
Kawula Gusti yang pernah diuarkan oleh Syekh Siti Jenar, atau konsep sufiisme
yang diajarkan El Jalalludin Rumi.
Khusus untuk
Kejawen, mereka menempuh beberapa cara dalam melakukan pencarian hakikat
ketuhanan. Pada prosesnya, seseorang harus menjalani sejumlah laku atau ritual
agar mengalami puncak pengalaman spiritual yang disebut manunggaling karsa
kawulo lan karsa Gusti.
Pencarian akan
hakikat Tuhan itu tertulis dalam petikan kidung Dandanggula seperti berikut,
Ana pandhita akarya
wangsit (ada pandita mencipta wahyu),
kaya kombang
anggayuh tawang (seperti kumbang yang ingin terbang ke langit),
susuh angin ngendi
nggone (sarang burung di mana tempatnya), lawan galihing
kangkung (inti kangkung),
watesane langit
jaladri (batasnya cakrawala), tapake kuntul mabur ( bekas telapak
burung kuntul yang terbang) nglayang lan gigiring panglu (pinggir dari
bumi/globe).
Di sini jelaslah
yang dicari adalah sesuatu yang tidak tergambarkan atau tidak dapat diserupakan
(Tan kena Kinaya Ngapa). Itulah mengapa ajaran Kejawen menyatakan bahwa hakikat
Tuhan adalah sebuah kekosongan (suwung).
Oleh sebab itu,
untuk menyatukan diri dengan Tuhan, seseorang harus mengosongkan diri dari
hal-hal yang membebani jiwa seperti nafsu dan keinginan duniawi. Salah satunya
dengan berpuasa atau tirakat, yang terbagi dalam 10 jenis.
1. Tapa mutih,
yaitu minum air putih dan makan satu jenis makan dengan tanpa garam selama 40
hari. Sebagai contoh air putih dan nasi putih tanpa tambahan apa-apa selama 40
hari.
2. Tapa Ngrowot,
yaitu makan sayuran saja.
3. Tapa Pati Geni,
yakni berpantangan makanan yang dimasak menggunakan api, tidak tidur dan
dilakukan divtempat gelap/tidak ada cahaya.
4. Tapa Ngebleng,
yaitu idak makan dan minum selama hari-hari ganjil, meliputi 7 / 13 / 19 / 21
hari.
5. Tapa kungkum,
yaitu merendam diri di pertemuan arus selama 40 hari.
6. Tapa Ngeli,
menghanyutkan diri di air.
7. Tapa pendem,
yakni mengubur diri hingga nampak leher saja.
8. Tapa Nggantung,
atau menggantung diri di pohon, tidak menginjak tanah.
9. Tapa Ngrame,
artinya, diri tetap tenang walaupun di tengah hiruk-pikuk aktivitas manusia.
Selain itu harus siap berkorban atau menolong siapa saja dan kapan saja
10. Tapa Brata,
yakni bersemedi dengan khidmat.
Untuk memahami
makna puasa pencarian dengan metode puasa, perlu diingat beberapa hal, antara
lain:
Pertama, dalam
menjalani lelaku spiritual puasa, tata caranya berdasarkan panduan guru-guru
kebatinan.
Kedua, dikarenakan
ritual ini bernuansa mistik, maka penjelasannyapun memakai sudut pandang
tasawuf/mistis dengan mengutamakan rasa dan mengesampingkan akal/nalar.
Ketiga, dalam budaya mistis jawa terdapat etika guruisme, dimana murid melakukan taklid buta (patuh, tunduk dengan tidak ada pertanyaan) pada Sang Guru.
No comments:
Post a Comment