Saturday, March 21, 2020

Mata Air Jalatunda, Harta Karun Sejarah di Antara Kepongahan Dunia Modern



Jawa barat merupakan salah satu daerah yang memiliki pangkal sejarah cukup panjang. Di mulai dari keberadaan kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Sunda, Galuh, Sumedanglarang, hingga Galuh Pakuan Pajajaran. Seluruh kerajaan itu kemudian meninggalkan peninggalan sejarah yang luar biasa hingga kini. Ribuan prasasti, tapak petilasan hingga pesan lontar menjadi warisan yang tak ternilai harganya bagi generasi.

Salah satunya adalah, Desa Pasir Eurih Bogor merupakan salah satu desa di tanah Sunda yang diyakini menjadi salah satu kawasan penting bagi Kasepuhan Sunda. Menurut apa yang tertulis di dalam Babat Padjajaran dan pantun Bogor, kawasan Desa Pasir Eurih merupakan daerah Sindang Barang, yaitu kerajaan bawahan Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibukotanya.

Kampung Sindang Barang juga merupakan tempat tinggal salah satu isteri Prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Dengan latar sejarah tersebut, tidak heran jika di Desa Pasir Eurih mempunyai banyak situs penting peninggalan sejarah.

Salah satu situs bersejarah yang ada di Desa Pasir Eurih adalah situs Taman Sri Baginda Jalatunda. Memasuki jalan-jalan kecil perkampungan warga, situs berupa sumur suci ini terletak di Gang Jambekuina.

Menurut Abah Encem Masta, seorang yang telah lama menjaga situs, mengatakan, dahulu sebelum masuknya agama Islam dan ketika sebagain besar orang masih memegang kepercayaan Sunda Wiwitan, Situs Sumur Taman Sri Baginda Jalatunda dijadikan sebagai tempat semedi banyak orang.

Bagi mereka yang percaya, air dari Situs Sumur Taman Sri Baginda Jalatunda dianggap sebagai salah satu dari tujuh mata air suci yang berada di Kampung Budaya Sindang Barang.

“Dahulu air dari sumur ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan ritual kasepuhan. Meski begitu, sekarang juga masih banyak orang yang datang dari Kuningan, Cirebon, Banten, Sukabumi, Labuhan, apalagi dari Bogor untuk ambil air dari sini,” kata Abah Encem melanjutkan.

Masyarakat Kampung Sindang Barang masih percaya dengan kesucian air dari Sumur Sri Baginda Jalatunda ini. Tak jarang dari mereka masih memanfaatkan airnya sebagai media pengobatan bagi orang sakit.

Tidak hanya itu, air dari Sumur Sri Baginda Jalatunda juga dijadikan sebagai salah satu air yang diambil dalam ritual Ngala Cai Kukulu, yaitu ritual menyatukan tujuh mata air yang dilakukan setiap perhelatan Seren Taun.

Kini berdasarkan UU Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Situs Taman Sri Baginda Jalatunda diresmikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya peninggalan Kasepuhan Sunda yang dilindungi.

Dengan dinaikannya status sumur menjadi bangunan cagar budaya, diharapkan banyak orang yang menjaga, melestarikan, dan mempelajarinya lebih dalam sebagai situs bersejarah warisan budaya dari Kerajaan Padjajaran.

Virus Corona, Ramalan Jayabaya, Kebijakan Kampus



Oleh: Muhammad E Fuady, Dosen Fikom Unisba

"Wong Jawa kari separo-–Orang Jawa tinggal setengah.
Landa-Cina kari sejodho — Belanda-Cina tinggal sepasang"

Sebenarnya ini adalah sebuah postingan lama mengenai sebuah kearifan lokal, ramalan atau sebagian orang menyebutnya nasihat dari Prabu Jayabaya, yang mengingatkan kita akan seperti apa kehidupan manusia kelak. Kita sebut nasihat karena Jayabaya menekankan pentingnya eling agar selamat dalam hidup.

Prabu Jayabaya, raja Kediri ini, dalam Atlas Wali Songo (dalam Sunyoto) adalah murid dari seorang ulama Maolana Ngali Samsujen, yang dikenal dengan nama Syeikh Syamsuddin Wasil, ulama besar asal Negeri Rum (Persia), yang datang ke Kediri untuk berdakwah. Aktivitas dakwah Syaikh Syamsuddin Wasil itu pun dilakukan atas permintaan Jayabaya.

Jayabaya memiliki ketajaman intuisi dan pandangan hingga dapat mengetahui kehidupan manusia yang terjadi berikutnya. Ia menggambarkan bencana di sana sini, gunung-gunung meletus, bumi berguncang, laut dan sungai meluap.

Tindak tanduk manusia secara detail ia gambarkan. Kelaliman, keserakahan, korupsi, kesewenangan, merajalela. Masa penuh penderitaan. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik tertindas.

Prabu Jayabaya di antaranya menulis seperti di awal tulisan. Bila dialihbahasakan, "orang Jawa tinggal setengah (jumlahnya), dan Belanda (Bule) serta Cina hanya sepasang". Kita sebenarnya tak memahami seperti apa rasionalisasi dari ramalannya. Bagaimana mungkin jumlah umat manusia bisa berkurang seperti itu. Bila benar, salah satu penyebabnya mungkin akibat wabah penyakit atau virus.

Kita tak pernah menyangka umat manusia akan menghadapi sebuah bencana yang tak terlihat, tetapi berpotensi mengurangi populasi manusia akibat virus Corona. Mengapa tak terlihat? Karena penderitanya kini boleh jadi tampak sehat, tak terlihat gejalanya, tetapi ia membawa virus tersebut dan menyebarkannya tanpa sadar.

Virus ini bisa menular saat masa inkubasi. Sederhananya, orang yang tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala apa pun bisa saja telah terjangkit covid 19 dan menularkannya pada orang lain seperti terjadi di China dan negara lainnya. Bila tampak gejalanya, suspect dapat segera diisolasi untuk ditangani. Kesulitan terjadi bila gejala corona sama sekali tak tampak.


Begitu banyak kematian yang terjadi sejak virus Corona menyebar. Umat manusia kini berjibaku, bahu membahu, mencoba menghentikan penyebaran wabah corona di seluruh dunia. Hingga kini, China, Italia, Iran, Korea Selatan menjadi empat negara dengan jumlah kasus terbanyak.

Italia bahkan sudah me-lockdown negaranya. Salah seorang pemain belakang Juventus, yang tampak sehat, Daniele Rugani, telah dinyatakan positif corona. Tak heran rekan setimnya, Cristiano Ronaldo segera terbang ke Portugal dan mengisolasi diri selama dua pekan. Kompetisi sepakbola Italia pun ditangguhkan hingga April 2020.

Corona tak mengenal siapa yang jadi korbannya. Tom Hanks dan istrinya yang sedang berada di Australia pun terkena virus ini, seperti penjelasan aktor kawakan Hollywood ini di media sosial miliknya, Kamis (12/3).

Pertanyaannya, bila letterlijk apakah yang dimaksud Jayabaya adalah berkurangnya jumlah populasi manusia di dunia karena virus corona? Tak menutup kemungkinan, menimbang corona ini adalah pandemic global, penyakit menular yang terjadi hampir di seluruh negara.

Beberapa kampus di Bandung seperti Unpad, ITB, Tel-U, dan Unisba memiliki kebijakan melarang civitas akademika untuk bepergian ke luar negeri. Bila melakukan perjalanan ke negara yang terjangkit Corona dan pulang, kampus mengharuskan dosen atau karyawannya tak bekerja selama dua pekan, mengisolasi diri guna memastikan ia sehat dan lingkungan aman dari Corona.

Kebijakan masing-masing kampus ini diperkuat Surat Edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penyebaran Virus Corona yang memberikan dispensasi kepada civitas akademika untuk tak kuliah/bekerja atau sakit. Warga satuan pendidikan harus menghindari kontak lansung seperti salaman, pelukan, dsb.

Kampus menunda kegiatan yang melibatkan orang banyak, dan mereka yang bepergian ke negara yang terjangkit yang dipublikasikan World Health Organization (WHO) untuk tidak berada di area satuan pendidikan selama 14 hari sejak kembali ke tanah air.

Dalam Islam, Rasulullah mengajarkan, "Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, janganlah kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya” (HR. Muslim). Bila ada wabah, seperti dinyatakan sayidina Umar, menghindari tempat tersebut berarti berpindah dari satu takdir Allah menuju takdir Allah lainnya yang lebih baik.

Di dalam kesulitan, Allah selalu memberikan jalan keluar dan kemudahan. Kita harus optimistis umat manusia akan keluar dari krisis ini.

Di lingkungan kampus, untuk mencegah penyebaran Corona, bila terpaksa diliburkan, dapat memindahkan perkuliahan ke rumah masing-masing alias elearning atau online. Bila perangkat belum tersedia, seorang dosen dapat memanfaatkan fitur media sosial seperti Live Instagram untuk mengajar.

Ujian dapat dilakukan penugasan take home exam. Kampus sebaiknya memiliki unit yang bertugas mencermati potensi penyebaran Corona. Disiapkan nomor hotline kampus yang dapat dihubungi bila warga kampus merasa ada gejala Covid-19 agar dapat diteruskan dan ditangani segera di rumah sakit yang disiapkan pemerintah setempat.

Kebijakan dan cara yang dipilih pemerintah pusat dan daerah di berbagai negara, semoga dapat mencegah penyebaran corona. Tak lupa, doa menjadi penting bagi siapa saja untuk meminta keselamatan bagi umat manusia kepada Tuhannya.

Mata Air Jalatunda, Harta Karun Sejarah di Antara Kepongahan Dunia Modern

Jawa barat merupakan salah satu daerah yang memiliki pangkal sejarah cukup panjang. Di mulai dari keberadaan kerajaan Tarumanegara, K...